"Ferdinan Reno Juniarta! bangun!" suara mamaku terdengar bagai suara raksasa Titan yang akan memakanku hidup hidup. Mengerikan!
"iya ma.. Ferdi bangun.." dengan semangat zero, dan rasa putus asa tinggi aku bangkit dari tempat tidurku. menuju kamar mandi yang ada dilamakamar ku. haehhh.. mandi lagi. sebel. kenapa si harus ada senen?!
kutinggalkan mama yang sedang merapihkan kamarku. membereskan kasurku, memunguti bangkai jam alarm yang kupukul tadi. dan segala barang2 yang berserakan dalam kamar.
******
"Sayangg... makannya dihabiskan yaa." kata mamaku. beliau menaruh 2centong nasi dan lauk pauk keatas piringku. waaahhh lezat nyaaa... waaaahhh.... Bercanda! aku gak mau makan. rasanya hidupku tak butuh hal tak penting itu huh.
"Maaaa.... itu banyak tauu... gamau ahhh.. ntar perut aku meledak." jawabku dengan nada imut. gausah protes.. aku memang imut kok haha
"Fer... habisin, nanti langsung berangkat ya." Suara khas lelaki terdengar ditelingaku. ya! suara itu berasal dari kursi samping meja. pria tegap yang sedang duduk dan asyik melahap makanan dipirngnya. Papaku.
"iya pah... " aku hanya bisa menuruti apa kata papaku. bisa bisa monster dalam tubuhnya muncul jika tak aku lakukan apa perkataanya..
"Sekolahnya yang semangat ya sayangn ya. Masalah yang itu di*mah...!!!*" belum selesai ibuku berbicara, aki segera menengahk kata katanya.. Ahh kata kata yang sangat kubenci untuk kudengar! Aku tau beliau akan membicarakan hal 'itu' aku tak ingin membicarakannya lagi. Aku tak mau. Biarkan aku lupakan hal 'itu'
"Mah.. Udah. Aku gak mau inget." kataku dengan nada yang serius.
"Iya sayang. Maaafin mamah ya. Muahh" ucap mama dengan nada yang lembut. Mungkim ia memang menyesal? Atau? Pura2. Ntahlah. Yaang penting dia sudah tak membicarakan hal itu lagi..
"Yaudah ayo sayang brangkat." ajak papahku. Aku segera memakai tasku. Aku pamit ke ibuku. Ku cium tangan halusnya. Dan dia membalas nya dengan kecupan lembut dijidatku.
*****...*****
"Ekhmm... Anak2 bapak mau perkenalkan kalian ke teman baaru kalian. Teman kalian ini pindahan jauh dari jakarta. Bapak mohon kepada kalian. Kalian harus bersikap baik kepada teman baru kalian ini. Jangan sampai ada yang berbuat buruk kepadanya. Selebihnya, kalian bisa kenalan sendiri dengan dia" ucap guru pria setengah baya tinggi yang nampak sangat berwibawa itu.
"Ayo silahkan perkenalkan dirimu.." Pak guru tampan tersebut menyuruhku untuk memperkenalkan diriku ke anak2 dikelasku. Huhh.. Malu aku.. Bagaimana ini.
"Emm.. Hai." sapaku mencoba membuka percakapan.
"Haii.." jawab beberapa murid dikelas. Yaa. Beberapa saja. Hanya sebagian dari mereka yang menjawab sapaanku. Lainnya? Lainnya memilih menyibukkan diri dengan hal lain. Hp, buku, main2. Ahh mama, ini pasti akan jadi sekolah yang berat.
"Namaku Ferdinan Reno Juniarta. Kalian bisa memanggilku Ferdi atau Reno. Aku 17 tahun. Aku dari jakarta. Semoga teman2 bisa menerimaku disini ya. Salam kenal." ucapku dengan gugup.. Huhh perkenalan apa itu? Ahh biarlah. Toh mereka tak peduli. Jadi, tidak masalah kan?
"Ihhh Ferdi imut banget siihhh. Jadian yukkk... Ihh imut imuttt..." terdengar suara wanita dari kelasku. Sontak saja semua siswa merespon perkataannya yang terdengar sangat ganjen itu.
"Wuuu..." semua siswa berusaha melempar wanita tersebut menggunakan pulpen.
"Ihhh kalian apa apaan sih. Sirik ya sama kecantikan Dinda. Huh biasa aja kali." ceplos wanita yang diketahui namanya Dinda. Hemm sepertinya dia cocok aku jadikan temanku.
"Wuuu..." semua siswa pun kembali ribut. Mereka merasa tak terima dengan apa yang Dinda ucapkan..
"Sudah sudah.." sekarang giliran pak guru ganteng sebelahku ini yang berbicara mencoba melerai teman baruku. Uppss.. Calon teman baruku lebih tepatnya.
"Ferdi.. Kamu bisa duduk disana ya. Dibelakang sana ada kursi kosong.." ucap pak guru ganteng ini dengan ramah disusul senyum menawan yang terlukis dibibirnya.
"Iya pak." jawabku dengan singkat. Segera saja aku langkahkan kakiku kearah meja kosong tersebut. Nampak pria tinggi yang sedang duduk dikursi itu. Ia melihat kearah luar jendela. Sepertinya ia sedang melihat pertandingan sepak bola dari jendela kelas. Wajahnya yang tampan ditambah kulitnya yang sawo matang khas orang jawa membuat ia terlihat sangat tampan. Andai aku bisa memilikinya. Ohh Tuhan. Apa ini. Cukup cukup. Aku tak mau hal 'itu' terjadi lagi padaku. Cukup saat itu saja. Hal itu terlalu sakit untuk kurasakan kedua kalinya. Aku tak ingin itu terulang lagi. Aku letakkan tas punggung ku kemeja. Dan mulai menduduki kursi kosong tersebut. Huh deg deg deg. Jantungku berdegup kencang duduk bersebelahan dengan pria ini. Oh Tuhan. Tolong aku. *sett* tiba tiba saja wanita yang duduk dimeja depanku ini. Membalikkan badannya. Dan terlihat dengan jelaslah wajahnya didepanku. Tangannya dengan cepat meraih kedua pipiku. Oh Tuhan Dia mau apa padaku?
"Hei.. Ferdi. Apakah kau pangeran yang diutus Tuhan untuk menjadi pasanganku? Oh Romeoku sayang." ucapnya dengan nada yang serius. Ohh tidak ada apa dengan wanita ini? Apa ia overdosis drama? Apa yang ia katakan? Hah. Mana ada hal tersebut.
"Leni! Kamu ngapain?" tegur pak guru tampan yang berdiri dengan gagahnya didepan kelas.
"Oh anu pak itu. Anu. Itu kok pak cuma kenalan sama Ferdi aja. Hehe" jawabnya dengan gugup. Haha kalau jadi dia pun mungkin aku juga akan gugup seperti dia. Ketahuan bertingkah aneh. Hahaha.
"Lanjutkan nanti saja. Sekarang kita sambung pelajarannya.." ucap pak guru ganteng tersebut. Suaranya yang 'Laki banget' membuat hati setiap wanita dan setiap botty (?) meleleh. Aww suara yang manly sekali
"Iya pak." jawab Leni dengan cepat..
"Bye darling. Mumumu.. " ucapnya dengan genit dan memonyong monyongkan bibirnya layaknya ikan koi yang kehabisan udara. Ditambah lagi ia melambaikan tangannya dengan sok seksi. Haha. Mungkin dia merasa dirinya Luna maya. Ntahlah. Hahaha.
Kini, keheningan mulai terasa. Yang ada aku tak bisa konsen dengan apa yang diterangkan guru tampanku itu. Selalu saja konsentrasiku buyar karena pria tampan yang duduk disampingku ini. Hahh. Aku ingin menyapanya namun. Aku takut. Apa dia akan meresponku? Bagaimana kalau tidak? Aku takkan mungkin punya kesempatan mendekatinya kan?
*Kriinggg kriiinggg kriinggg*
Tak terasa dengan cepat waktu istirahat tiba. Pak guru tampan itu segera menutup pertemuan kali ini dengan meninggalkan kesengsaraan untuk murid2 ya! Betul! PR. Kenapa sih guru hobi sekali memberi pr?! Kenapa harus murid yang mengerjakan? Kenapa tidak mereka kerjakan sendiri saja?! Ahh apa ini pikiranku ngaco cuma gara2 pr saja. Oiya! Pria ini. Aku lupa aku akan menyapanya dan berkenalan. Ehmm. Bismillah, semoga dia menjawab salamku
"Emm.. Ha*setttt*" belum penuh aku membuka mulut. Dengan cepat ia bangkit dan pergi keluar kelas. Kenapa dia? Apa dia tau aku akan mengajak ia berkenalan? Jadi dia pergi meninggalkanku? Apa ia tak ingin dekat denganku? Ahh sudahlah. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang berjalan menjauh dari pandanganku. Huh.. *grudug grudug grudug* Dinda dan Leni berebut untuk duduk dikursi sekitarku. Ah! Apa ini! Mereka mau apa?! Apa salahku? Kenapa aku dikepung!
"Ferdi sayang Ferdi sayang. Kamu tinggal dimana sih. Ihh gemes deh." ucap Dinda genit dan tangannya yang lembut itu dengan nakalnya mencubit pipi mulusku. Tidak. Pipiku sudah dijamah dua orang wanita ini.
"Ihh apaan so Sayang sayangan. Ferdi itu romeo gw tau! Gausah genit ya lo!" sekarang giliran Leni yang berbicara. Nadanya nampak marah gara2 Dinda yang memanggilku sayang.
"Hah? Romeo lu? Emang ada ya kudanil punya romeo. Hello!!! Ferdi juga gak bakal milih lo kali. Secara gitu gw kan lebih langsing. Daripada lo! Huh" kata kata Dinda ini tedengar bagai tantangan untuk Leni. Sontak saja Leni menjawab perkataan Dinda.
"Ehh Cabe cabean goceng! Gausah kecentilan ya! Gw gak gendut kali! Gw ini seksi. Bohayy. Euhh apaan badanlo yang kurus kerempeng tanpa daging gitu kok seksi. Badan triplek aja bangga! Huu!!" ucap Leni dengan sedikit bumbu emosinya. Tidak, aura panas sudah tercipta disini. Aku tak mau berada ditengah tengah medan perang ini. Segera saja aku lerai mereka. Aku takut dihari pertamaku aku malah menyebabkan keributan
"Ehh udah udah." aku mencoba melerai mereka. Akhirnya mereka berenti. Leni melepas gigitannya dikaki dinda. Dan Dindapun mengeluarkan jempolnya dari lubang hidung Leni. Pertarungan macam apa ini?
"Ferdi tinggal di perum Kencana nomor 23. Hehe" ucapku dengan ramah
"Wahh itukan perumahan elit. Aku boleh main kan? Boleh dong?! Gasabar nihh. Hihi" ucap Dinda.
"Ihh apaan si. Gausah main lo! Gw aja kali. Gwkan julietnya dia! Jauh jauh sana!" ucap Leni.
"Udah udah. Semua boleh main kok." kali ini aku beri mereka senyum indahku. Mereka pasti meleleh! Haha
"Yaampun senyumnya.. Iiihhhh gemes.. Eh ferdi? Kamu kenapa pindah? Kan enak dijakarta. Kota besar." tanya Leni dengan penuh selidik.
Hah! Mereka bertanya alasanku pindah tak mungkin aku ceritakan pada mereka. Ya! Aku harus berbohong.
"Ah. Itu Papahku pindah kerja hehe." jawabku sekenanya saja.
"Ohh gitu. Oiya. Kamu maukan jadi temen aku?! Kalau butuh apa2 ngomong sama aku aja ya!" ucap Dinda dengan semangat gadisnya.
"Ih apaan si lu triplek. Jangan ganggu romeo gw! Sayang kalau butuh apa2 bilang juju ya. Muah" Hiihh suara leni yang genit itu terasa geli dikupingku.
"Sebenarnya ada yang mau ketanyakan. Kalian tau cowok yang duduk disampingku ini? Dia siapa?!" tanyaku penasaran.
"Ohh.. Itu Devan. Dia emang begitu. Misterius. Apalagi sejak.." Dinda menghentikan ucapannya. Ia celingukan ke sekitar kelas. Takut ada yang mendengar ucapannya.
"Sejak sahabatnya, Viki. Meninggal." suara dinda berubah menjadi suara bisik2,
"Kabarnya. Viki itu dia yang bunuh." suara bisik leni.
"Hah? Gak mungkin. Kok dia gak dipenjara?" tanyaku penasaran.
"Kabarnya polisi tak menemukan cukup bukti. Namun mereka yakin Devan lah pembunuhnya." jawab Leni.
"Gosipnya. Setiap istirahat dia selalu kebelakang sekolah untuk melakukan ritual pemujaan setan." ucap leni dengan misterius. Hihhh. Bulu kudukku merinding. Aku takut. Bagaimana kalau Devan macam2 padaku.
"Kalian sedang apa disitu!"
-----to part 2--++-
Sorry ini cerita yg ga jelas hehe.. Buat reader yang mau cerita hidupnya dipublish atau dijadikan bahan utama cerpen bisa kontak author ke 085647909872trimakasih sudah membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar