Senin

CERITA CINTA GAY: aku dan guru matematika 5

Hendry!
Suara lembut seorang gadis membuyarkan konsentrasiku. Mata dan otakku kini beralih fokus dari cowok misterius yang berjalan menjauhiku. Mata dan otakku tertuju pada gadis cantik berhijab yang sudah berdiri di belakangku, namanya Anita. Dia adalah salah satu teman sekelasku. Kulitnya yang putih bersih membuatnya menjadi pribadona disekolah.
"Hendry, Tadi Pak Bayu manggil kamu keruangannya."

"Loh??? Kenapa?"

"Gak tau deh. Katanya kamu belum ikut ulangan matematika gitu."

"Ulangan yang mana sih?? Aku kan masuk sekolah terus."

"Gak tau deh. Kamu mending kesana aja. Daripada kena masalah. Iya kan?"

"Gak mau. Males ah."

"Gak boleh gitu Hen. Kalau kamu mengulur masalah kamu.. Nanti jadi makin besar lohh."

"Emm... Iyadeh. Makasih ya nit. Ntar aku kekantornya deh."

"Ok hen. Aku balik ke kelas ya. Hati hati disini. Berhantu loh. Hahahaha"

"Yaudah deh. Aku gatakut hantu kali."

"Iyadeh yang berani. Balik dulu ya."

"Ok..."

Hehhh... Pak Bayu memanggilku ke kantornya. Buat apa? Pasti masalah itu lagi.. Jujur sebenarnya aku sudah cukup pusing dengan ini semua. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Haruskan aku melepaskannya? Namun.. Apa mungkin aku bisa melupakan ia? Tidak! Aku harus mengambil keputusan.

****

Saat ini tubuh mungilku sedang menelurusi lorong lorong sekolah. Kaki kecilku menghitung inchi dari lembaran keramik putih. Dug dug dug. Jantungku semakin berdebar ketika aku semakin jauh melangkah. Saat ini aku menuju kesuatu ruang. Ruang seorang guru. Guru yang aku cintai. Sebagai pengajar, dan kekasih. Entah rasa sayang itu masih bertahan atau tidak. Aku tak mengerti.
Aku sudah berdiri didepan pintu. Pintu ruang guru yang terbuka lebar. Sepi, apa mungkin pak bayu disini? Syukurlah mungkin dia mengajar. Aku jadi tak perlu repot menghadapinya. Buat apa aku bertemu dia? Sudahlah.
Aku membalikkan badan.. Melangkah untuk menuju ke kelas. Terimakasoh Tuhan Kau meringankan bebanku sedikit. Persis ditikungan ruang Bimbingan Konseling sana. Ruang kelasku berada. Aku percepat langkahku. Bisa bisa aku ketauan pak bayu. Dan Pak Bayu menyuruhku keruangannya? Tidak. Aku tak mau. Syukurlah aku sudah didepan ruang BK. Tinggal berbelok dan aku akan...

Brukkk....

Seketika tubuhku terjatuh. Menghantam keramik putih. Sialan, bokongku perih sekali. Aku dongakkan wajahku. Aku ingin tau manusia apa yang mampu menabrakku sekencang itu. Sampai aku terjatuh seperti ini. Tak mungkin bila dia masih mampu berdiri. Dia pasti tower sutet. Dan, tak ku sangka. Orang itu masih berdiri tegap. Dengan kemeja hitam yang terlihat bidang dibagian dadanya. Ya, seperti yang kalian kira. Dia Pak Bayu.

"Hendry, gak papa? Maaf ya Bapak gak tau ada kamu."

Ia segera berjongkok dan melepaskan tasnya... Terbanting keras sekali. Laptopnya pasti rusak.

"Gak. Aku gak papa." aku memalingkan wajahku.

"Ssttt.. Cuek banget sayang." tangannya meraih daguku. Memaksa wajahku untuk menoleh ke wajahnya.. Wajah tampannya yang dihiasi senyumannya yang menawan. Tidak! Pasti dia melakukan itu kesemua orang. Aku tak boleh tertipu.

"Apaan sih" aku tepis tangannya..

"Galaknya, lagi dapet ya? Gabisa dipake dong malem ini. Hahahha" ia tertawa kecil namun wajahnya terlihat sangat bahagia. Hihhhh jijik. Aku hanya terdiam dan memandanginya dengan muka aneh. Apaan sih ini manusia. Gak jelas.

"Tadi dari ruang guru ya? Anita udah bilang?" tanya nya.

"Hmm.."

"Heyy.. Bangun yuk gaenak jongkok gini."
Ia mengulurkan tangannya. Aku memandangnya dengan wajah heran. Hey? Aku tak mau disentuh orang yang telah menyakitiku. Aku tepis tangannya. Dan segera berdiri.

"Aku udah gede. Aku bisa bangun sendiri."

Tak segaja aku menangkap ekspresi wajahnya. Wajah tampannya. Wajah yang dulu pernah kucium..

Ia segera mengikuti aku berdiri. Dan tubuh tegapnya kembali terlihat jelas di depan mataku.

"Ada apa? Anita bilang aku kurang ulangan? Ulangan apa?" tanyaku.

Ia hanya terdiam. Dan tersenyum manis ke arahku

"Dibicarain dikantor aja yuk. " tangannya meraih tanganku. Namun aku menolaknya. Menjauhkan tanganku supaya tangannya tak mampu menjangkauku lagi.

"Udah, ada apa sih? Disini aja kenapa?" ku jawab dia dengan nada judes. Mungkin dia akan marah dan meninggalkanku? Semoga. Tak mungkin dia tahan. Aku pun akan marah jika ada yang bertindak seperti ini denganku.
Namun, tak ku sangka.  ia hanya tersenyum. Hahhh... Senyum palsu.

"Sebenernya. Cuman mau tanya. Kenapa kamu cuek akhir ini?"

"Dipikir aja."

"Maksudnya?"

"Dipikir aja. Kalau semisal kamu punya pacar. Sok setia, sok cinta. Ternyata dia punya selingkuhan. Kamu bakal gimana?"

"Maksudnya? Kamu nuduh aku selingkuh?"

Aku hanya diam dan mengalihkan pandanganku ke parkiran sekolah.

"Hey, aku cuma cinta kamu. Pacarku cuma kamu Hen."

"Gak usah sok acting. Aku udah tau."

"Tau apa?"

Aku hanya diam. Masih menatap parkiran sekolah yang seakan membuatku terpesona

"Sayang..." suara khas pria nya kembali kudengar.

Kesabaranku kini sudah abis. Aku harus bertindak. Dia harus tau aku sudah tau semua rahasianya.

"Hey! Aku tau semuanya! Cowok yang nelpon kamu malam malam! Waktu kamu tidur! Aku yang angkat! Dia manggil kamu sayang!"

Pak Bayu nampak shock dia terdiam dan memandangku lekat. Pasti dia bingung kenapa aku tau semuanya.

"Kenapa diam? Kaget? Udahlah gak penting."

Aku melangkah melewatinya. Aku malas berlama lama dengannya.  Rasanya kehadirannya seperti ruang racik obat berjalan. Bikin muak. Aku harus segera melarikan diri dari sini..

*sreeeekkkkk*

Tangannya menarik tanganku. Badanku terhempas mundur dan kembali menabrak badannya. Tangan kekarnya memeluk tubuhku erat.. Hangat, tubuhnya terasa hangat mendekapku. Degup jantungnya juga bisa kudengar.

"Sayang... Maaf." Bibirnya kini berucap lembut,  mengeluarkan kata kata yang dengan cepat mampu aku dengar

"Lepasin! Ini sekolah! Kamu gila!" aku berusaha memberontak.. Menarik tangannya. Memukul tangannya. Mencakarnya. Namun sia sia. Dia masih memelukku erat. Sangat erat.

"Kita didekat ruang bk sekarang. Aku bisa aja teriak. Dan kamu bisa dipecat. Bahkan dilaporin ke polisi."

Nampaknya ancamanku kali ini berhasil. Tangannya mulai melepaskanku. Tak ada tangan kekar lagi yang mengikat tubuhku dengannya. Segera aku berbalik dan memandang dia. Dia menunduk lemas. Dia seperti orang yang kehabisan harapan. Kelam. Wajahnya mulai terangkat perlahan. Bibirnya kini mulai membuka. Tangannya bergerak, berusaha meraih tubuhku lagi. Aku mundur selangkah. Aku tak mau jatuh kelubang yang sama.

"Hendry.. Maaf.. Maaf.. Ini bisa dijelasin"
Badannya bergerak maju mengikuti ku yang mundur perlahan. Matanya berkaca, dan wajahnya nampak kusam. Ini bukan seperti Pak Bayu yang biasanya. Apa ini saat lemah hati pak bayu?

"Gak, gak perlu. Aku gabutuh."

"Hendry...  Maaf... Maaf.. Maafin a....."

Tapp... Tapp.. Tapp... Terdegaar suara langkah kaki dengan tiba tiba. Suara itu menyela ucapan pak bayu yang terdengar memelas..

"Sepasang mawar tumbuh didalam halaman. Saling menjaga, saling mencinta. Walaupun berpagar. Tak menjamin rumput tumbuh disekitarnya. Mawar yang indah, rapuh, namun berbahaya"

Suara seorang laki laki bergema dilorong sekolah tempatku berdiri sekarang. Suara yang berasal dari belakang ku. Aku berbalik. Aku tangkap sesosok anak laki laki.  Namun ia membelakangiku. Yang terlihat hanyalah ia menggendong tas hitam polos dipunggungnya. Pria itu! Aku seperti mengenalnya. Pria dengan ucapan aneh. Apa mungkin dia pria yang ditaman tadi? Iya tidak salah lagi dia yang barusaja aku temui ditaman. Tapi tunggu dulu. Darimana dia tau aku disini?

"Hey! Kamu siapa" aku mencoba bertanya.. Jujur aku masih penasaran

"Kamu anak sini kan?" Pak Bayu ikut mencoba bertanya.

"Bawalah waktumu, dan pergilah Hendry.. Kring. . Kring. . Kring. ." Ia melangkah pergi menjauh. Melangkah kearah gerbang sekolah. Aku terpaku. Memandangi nya. Jalannya nampak tenang sekali. Namun,tak lama *kkkkrriiiiiinggggggg* bel jam pulang sekolah berbunyi. Semua anak kuar dari kelasnya. Ramai sekali. Haduhhhh aku kesulitan mencari pria tadi. Dan sudahlah, pria itu menghilang dikermaian. Kenapa! Kenapa ia menjawab dengan perkataan yang bahkan tak aku mengerti. Ohhh bagus aku baru sadar. aku melwatkan satu pelajaran sekolah. Aku balikkan badanku. Menatap sosok pria gagah didepanku.

"Aku mau pulang."

"Aku anter ya sayang."
Tangannya meraih tanganku.

"Gak. Aku mau pakai angkot."

"Yaudah aku nanti kerumah kamu ya."

"Jangan harap aku dirumah."
Aku berbalik dan pergi menuju kelasku. Dan berlalu pulang...

**BAYU POV**

"Tuhan, kenapa ini? Apa karna Kau mengharamkan hubungan ini? Lalu Engkau mempersulit hubunganku?"

Aku putus asa. Hitam.. Segalanya hitam. Aku bingung harus apa. Ya Tuhan bantu aku. Aku berjanji akan kembali kejalanMu. Namun, berikan aku kesempatan terakhir utuk menjalin cinta dengan pilihanku.

Aku berbalik.. Menuju kantorku. Untuk kembali kerumah. Ahhh hidupku tanpa semangat...

*****

Ditepi jalan ini, aku parkirkan motorku. Aku duduk diatasnya. Melihat kearah rumah sederhana yang hanya berjarak 8 meter dari tempatku ini. Rumah tempat malaikatku tinggal. Aku masih setia menyentuh layar ponselku. Mengirim pesan keseseorang yang sangat aku cinta..

-Sayang, aku dideket rumahmu. Keluar dong.-

-sayang????  Sebentar aja-

-Please-

Berkali kali aku mengiriminya pesan.. Namun tak ada satupun yang ia jawab.. Malam semakin larut. Dan sinar bulan pun tertutupi. Apa ini mendung? Bagaimana bila hujan nanti? Aku bisa basah kuyup.. Apa aku pulang saja ya?
Tidak. Demi cintaku. Aku takkan menyerah.

*beep beep*
Ponselku bergetar. Segera aku menyalakan ponselku

1 UNREAD MESSAGE FROM 'Ma Wife'

Ini? Pesan Hendri segera aku membukanya

"Aku keluar ya.. Aku mau berduaan sama kamu. Aku tunggu ya.. Sayang"

Wajahku kini dihiasi senyum yang merekah indah dibibirku. Hendri.. Dia memaafkanku?! Aku segera masukkan ponselku. Memakai helmku. Dan melaju kerumahnya.
Seorang cowok manis dengan kaus merah dan jeans biru berdiri didepan rumahnya. Dia! Pacarku tercinta.

*tiiinnnn* ayo sayang! Aku lambaikan tanganku.
Hendri segera menghampiriku dan naik keatas motorku. Tangannya mendekap tubuhku. Wajahnya ia senderkan dipunggungku. Senangnya...

"Mau kemana sayang?" tanyaku

"Kegubuk deket danau ami aja yuk. Mau kan?"

"Ok dehh.... Pegangan ya"

*bruummmm*
Suara mesin motorku terdengar keras. Bagai meluapkan seluruh rasa kebahagiaanku.
---
Selama diperjalanan... Hendri mendekapku erat. Walaupun itu dijalan ramai. Ataupun dilampu merah. Tak jarang orang orang memperhatikan Hendri. Memperhatikan Hendri dan Aku seperti jijik. Itu membuatku harus repot repot membuka helm dan bertanya kenapa mereka memandangi kami seperti itu. Namun, tak ada satupun orang yang berani menjawab.
Kini.... Aku dan hendri sudah sampai didepan gubuk. Aku memakirkan kendaraanku.. Dan mengajak Hendri untuk turun.

"Sayang...." suara Hendri yang lembut memanggilku. Tangannya meraih tanganku.. Dan kepalanya ia sandarkan dibahu kananku.. Reflek, aku mengelusnya dengan tangan kiriku.

"Iya??"

"Kamu sayang aku gak?"

"Pasti lah sayang."

"Sekarang, jelasin apa yang udah terjadi sama hubungan kita? Siapa cowok itu?"

Aku menghadap Hendri. Wajahnya yang tenang nampak sangat manis. Aku raih kedua tangannya. Tangan mungil miliknya yang halus..

"Sayang... Dia cuman mantanku. Dia ngejar ngejar aku. Aku gak cinta dia."

"Apa kamu bener gak cinta dia?"

"Iya sayang.  Beneran."

Tangan lembut Hendri menyentuh pipiku. Mengelus pipiku. Ia tersenyum padaku..

"Apa kamu gak cinta dia?"

Aku menunduk lesu..

"Sedikit."

"Sayang.. Kamu gak perlu malu untuk cinta seseorang. Kamu tampan. Pasti banyak yang suka kamu."

Aku memandang wajah Hendri yang tenang. Ia mulai mengatakan sesuatu lagi.

"Aku minta maaf udah marah marah."

"Jadi.. Kamu percaya aku?"

"Iya.."

"Makasih ya sayang. Makasih." aku memeluknya menciumnya. Senangnya hatiku

"Tapi....." Hendri memotong perkataannya.

"Tapi apa?"

Ia menunduk lesu.

"Maaf aku gak bisa lanjutin ini lagi. Aku mau putus."

Jlebbb.... Rasanya seperti tertusuk pisau ditepat tengah dadaku. Kenapa!

"Kenapa?! Aku... Aku cinta kamu Hend!"

"Kita udah gak cocok lagi."

"Beri aku kesempatan" aku berlutut dihadapannya.  Memohon sepenuh hati... Gak akan mau aku berpisah. Hendri!  Harus Hendri!

"Maaf.." Hendri hanya memalingkan wajahnya.

"Ok. Ini keputusanmu"

Aku berdiri. Dan berjalan mendekat kearah danau.

"Bayu! Kamu mau ngapain!"

"Jika aku bukan milikmu. Aku takkan jadi milik siapapun. Aku akan kembali ke penciptaku."

"Bayu! Jangan!  Pikirin hidupmu! Masa depan!"

"Gak akan ada masa depan!"

"Kalau kamu cinta aku kamu gak akan lakuin itu."

"Kalau kamu cinta aku. Kamu gak akan putusin aku!"

Hendri berdiri dan mencoba meraihku.
Namun keputusanku sudah bulat. Loncat.

"Selamat tinggal" ucapku

Aku meloncat kearah danau.
*bluppp*  tubuhku basah terkena air danau yang terasa sangat dingin. Samar aku mendengar suara hendri yang meminta pertolongan. Tuhan. Jika ini ujung hidupku. Jagalah Hendri dengan baik. Aku mencintanya lebih dari apapun. Aku mencintainya seperti aku mencintai keluargaku.. Masih sedikit mampu aku mendengar suara Hendri dan warga yang berdatangan. Hingga semuanya hening... Dan gelap...

Jumat

BEBEK PANGGANG RASA LEMON part 2

--julian pov--
Dia menggenggam tanganku erat. Menarikku menuju masjid yang letaknya hanya beberapa meter didepan. Perawakannya yang tinggi membuat larinya cepat sekali. Bahkan aku kualahan mengimbangi langkahnya. Ahh~ sudahlah biarkan. Aku sudah cukup senang dia berani memegang tanganku. Tak seperti biasanya dia berani menyentuhku seperti ini. Ahh, Padahal aku ingin cerita sesuatu padanya. Namun sepertinya waktu memberiku hal yang lebih baik. Ahh senangnya.
setelah cukup lama berlari kami berdua sampai di masjid. Bang Bagas kelihatan terengah dengan nafasnya. Aduhh kasian kamu bang.. Oh tidak wajah berkeringatnya nampak sangat seksi. Ahhhhh Aku bisa gila lama-lama disampingnya. Ingin ku seka keringatnya. Seperti sepasang .. Ah tidak tidak. Aku harus menunggu dia ungkapkan rasanya padaku!!
"Bang, huh sampe.. Aku capek." kataku, aku curi pandang ke wajah tampannya yang penuh keringat. Yaampun bang cakepnya kamuu.
"Iya. Ayo wudhu. Cepetan ntar ketinggalan sholatnya" ucapnya dengan nada tegas yang membuat hatiku meleleh. Ya! Dia! Dia yang kubutuhkan untuk menjadi lelakiku! Tegas, gagah, dan jantan haha 
****
"Huahhh. Untung masih sempet ya haha."ucapnya sambil keluar dari masjid. Senyum ringannya terlukis diwajah tampan maskulinnya. Oh God. Aku semakin terpesona..
"Hahaha iya bang. Untung abang narik tanganku tadi. Hehe." jawabku. Kali ini aku berusaha mengeluarkan senyum manisku. Senyum yang biasa ku keluarkan agar dia jatuh hati padaku. Hehm..  Sepertinya aku berhasil membuatnya terpesona lagi.. Terbukti ia salah tingkah melihat senyumku. Haha
"Haha maaf ya dek. Abang pegangnya kekencengan ya?" tanya dia sambil sibuk mencari sendalnya diantara sendal orang lain. Tak lama ia menemukan dan memakai sendalnya.  Aku? Aku juga melakukan hal yang sama. Namun, sialnya kemana sendalku? Aku tak menemukannya dimanapun. Sial siapa yang mengambil sendalku!?  Masih saja berbuat dosa setelah beribadah.  Arghhb....
"Dek? Kenapa?" suara bang bagas memecah konsentrasiku.
"Baangg. Sendalku ilang. Aku gabisa pulang ih.." kataku dengan nada yang manja. Hah.. Mungkin untuk orang lain nada ini terlalu manja. Biarlah, sudah kebiasaanku ini merengek saat ada masalah.
"Waduh.. Cari lagi coba. Apa warnanya? Biar abang bantu." Kata Bang Bagas. Sepertinya ia tulus ingin membantuku. Tunggu dulu. Dia bertanya warna sendalku. Gawat. Tapi, aku harus menjawabnya. Siapa tau dia bisa menemukannya. Tapi.. Aku maluu. Ah biarlah, aku tak mau pulang nyeker!
"Emmh... Ungu." jawabku dengan malu.
"Ungu?" Tanyanya dengan wajah aneh.  Ihh mirip kadal 
"Iya kenapa? Nemu ya?" tanyaku
"Hahaha. Yaampun. Sendal cowok itu coklat kek. Item. Putih atau ijo tua. Kamu kok ungu sih dek. Hahaha ya uda dibawa emak emak tadi kali tuh. Aneh aneh kamu Julian. Hahaha.." kata Bang Bagas. Dia tertawa terbahak bahak.  Tawanya yang mengejekku tak bisa kunetralisir!  Aku benci ditertawai! Siapapun itu! Harus berhadapan denganku! Namun, 5 menit kemudian tawanya berhenti. Kenapa dia? Tersedak?
"Sudah?" tanyaku dengan wajah jutek.
"Belom. Hahahaha hahaha."
Bang Bagas masih terus melanjutkan tawanya. Hiiihhhh panas aku dibuatnya. Tanganku mengepal dengan keras. Ingin rasanya aku pukul wajahnya. Arghhh tapi aku mencintainya. Tak mungkin aku menyakitinya.. Ya Tuhan tolong aku.
"Kakaak, gendong aku..". Sial kenapa reflekku malah merengek padanya..
"Hahh. Gendong. Gak ah Julian kan berat." kata Bang Bagas.
"Ihhhh jahat ihh.. Huhu" kataku merengek. Dia harus mau menggendongku!
--Bagas pov--
'Sialll Rengekan Julian terlihat imut sekali. Arghhh gw meleleh!'
"Hahh. Yaudah yuk sini.."
"Yeay yeay yeayy..."
Julian teriak kegirangan. Mengangkat kedua taangannya yang mengepal. Arvghhhh sial anakk ini bikin gw gatahan. Tahan gas tahan.. Lu belum bisa sentuh dia. Kalo lu dapetin hatinya. Lu bakal dapet lebih. Sabar gas saabaarrrr
. Selama dijalan pulang. Banyaakk banget orang yang liatin kita berdua. Sial gw jadi malu bgt gara gara cowo manis yg dipunggung gw ini. Eh eh tapi berkah juga. Gw bisa sentuh bokong empuknya hahaha
"Abang abang... Kok orang liatin kita?? Apa kita aneh ya??" julian mulai ngajak gw ngomong.
"Biasa lahh.. Abang mah sering digituin." jawab gw cuek dikit. Biar cool gitu haha.
"Loh kok sering diliatin???"
"Abang kan ganteng, gagah, dan mapan. Siapa yang gak tertarik coba? Hahaha." jawab gw dengan penuh kejujuran ini hahaha.
"Ciah iya deh iya. Yang ganteng, gagah, mapan. Hahaha." Cuap julian dengan nada gak ikhlas. Biari dehh. Yang penting dia mengakui hal itu. Gw pun cuma jawab dg tawa kecil gw aja. Jujur gw sih masi kesel sama ini cowo. Badan kecil. Tapi beratnya wuihhh. Ampun dah. Tapi bokongnya empuk *abaikan* 
"Aabang.." julian mulai ngajakin gw ngomong lagi. Hobby banget de ngajak ngomong. Ajakin pacaran aja napa haha.
"Iya?"
"Emm... Abang uda punya pacar belom?"
Waduhh julian nanyain gw? Seriusan? Tanda tanda kah dariMu Tuhan bahwa cintaku akan berbalas???!
"Abang sih udah ada yang abang suka"
"Emm.. Siapa?" julian mulai deh mancing gw buat ngungkapin rasa sayang gw ke dia ya??? Gw harus apa. Ga mungkin kan gw bilang gw sayang dia? Iya kalo dia humu. Kalo kaga?! Mampus gw
"Ohh de kita sampe nihh." Ahh~ semoga pilihan gw bener deh buat nyoba mengalihkan pertanyaan dia.
Akhirnyaa surga gw dapetin setelah julian turun dari badan gw. Badan gw uda pegell banget. gendong ini bocah. Jangan dah de minta naek lagi. Besok besok kamu ya yang abang naikin. Haha.
--Julian POV--
'Sial apa selama ini aku hanya terlalu percaya diri? Apa dia mencintaiku? Bang bagas! Siapa yang sudah merebut hatimu?!' Sakit hatiku. Bodoh! Kenapa aku tanya hal bodoh itu?!
"Dek ayo masuk. Abang ada sendal dikamar. Masi baru si. Jadi bisa km pake dulu."
"Ohh iya bang." ku jawab dengan memcoba senyum. Gak mungkin aku perlihatkan wajah sedihku. Dia bisa tau aku kecewa dengannya. Gak. Gak boleh.
Aku cuma mengikuti dia dari belakang. Dibelakang badan tegap dan tingginya. Huhh pria ini sempurna!  Mungkin jika dari depan. Badanku tak terlihat karena ditutupi badanya. Huhh ruang tamu ini penuh debu. Tuhan, apa kau juga menciptakan makhluk seperti ini? Bagaimana bisa dia hidup ditempat seperti ini?! Meja berdebu, vas berdebu, kusi berdebu. Apa tak ada yang bertamu kesini? Untunglah cuma 5 menit kita menyebrangi ruang tamu hingga kita bisa sampai diruang tv. Ah? Aku melihat seorang pria yang duduk menonton tv! Siapa dia?! Apa.. Dia pacar bang bagas? Aku tak pernah melihatnya sekalipun dirumah ini!
"Heh.. Nyet lu kapan balik?!" Bang bagas mulai nyapa orang itu. Mendengar suara bang bagas, orang itu nengok kearah belakang. Ya kearah kita sih.
"Weyy sob. Baru aja tadi abis adzan." jawabnya dengan akrab. Mereka berdua bersalaman layaknya sobat karib.  Tubuh mereka sama sama tinggi?! Hanya saja pria itu lebih putih. Sepertinya ia keturunan jepang? Atau cina? Untunglahh. Dia bukan pacar Bang Bagas. Eitsss! Apa apaan ini?! Mengapa dia menatapku seperti ini?!
"Aigoo~ kawaii yo! Kawaii ne Bagas-nyet?" (astaga! Cantik sekali. Cantik kan Bagas-nyet?)
Dia mencubiti pipiku. Menatap wajahku. Mengelilingi tubuhku. Apa yang dia lakukan?! Apa maunya?! Aku ketakutan aku risih dikelilingi begini.
"Halo. Dek. Kenalin. Kaka Adrian Arya Pamungkas. Dede bisa pangiil kaka Adrian atau sayang juga boleh." dia mulai mencoba menyapaku. Mengulurkan tangannya dan tersenyum teduh padaku.
"Heh.. Ganjen amat lu." bang bagas menarik tubuhnya dari belakang. Membuat tubuh pria itu menjauh dariku.
"Apaan si lu gas! Takut kesaing ya?!" kata pria itu. Oiya, Bang Adrian maksudku.
---Bagas POV---
Sial ni Adrian. Liat boti imut dikit digasak. Awas aja sampe inceran gw ini dia rebut. Mati dia ditangan gw.
"Heh. Ini punya gw. Awas sampe lu ambil." kata gw dengan bisik bisik.
"Lu kan punya Febrian?! Ini buat gw!" adrian ngikut bisik bisik.
"Taek. Gw kan terpaksa sama febrian."
"Serah dah. Gimana? Sempit ga?"
"Belom gw coba. Tapi bokongnya ehh empuk coy. Nahan sange gw dijalan tadi."
"Sini gw coba ntar gw kasi tau sempit atau kaga." kata ardian.
"Mukalu empuk. Gw aja belom coba." jawab gw.
"Bang." suara Julian memecahkan pembicaraan bisik bisik gw sama ardian. Waduh khilaf gw sampe bisik bisik sama ardian.
"Iya de?" gw buru buru jawab panggilan dia.
"Jadi ngambil sendalnya?" tanya dia.
"Oiya... Jadi jadi yuk ke kamar. Ini kamar kakak. Yuk masuk." ajak gw. Gw dan julian berjalan masuk ke kamar gw yang letaknya deket banget sama ruang tv.
"Ehhh dek julian. Ini ini." si kunyuk ardian ngasih kertas ke julian. Ulah apa lagi ni anak?! 
"Ini apa bang?" Tanya julian.
"Ohh itu, pin bbm, no whatsapp, no hp, nama fb, id twitter, id insta sama id path. Sapa tau kita.. Yaa gitu. Hahaha."
"Jangan mau de. Penuh nanti sosmed mu sama komenan dia. Ituloh iklan yang 'pengen cepat hamil? Panggil saya. Sekali tancap, bunting.' haha."
"Sial bajing lu gas!" jawab adrian.
"Udah yuk. Masuk." kata gw ajak julian buat masuk.
Gw dan julian udah dikamar gw. Gw kunci pintu kamar serapet mungkin. Gw copot satu persatu baju gw. Kancing pertama, kedua, ketiga hingga terbuka semua. Badan gw yang uda kebentuk dengan dada bidang dan sixpack yang gw dapet dari gym dan olah raga ini keekspose.
"Bang. Abang ngapain." tanya julian.
"Gak dek abang mau ganti baju." jawab gw sekenanya aja. padahal  mo jawab abang mau tidurin kamu hahaha.
 "Sendal barunya dimana." tanya julian. Akhirnya gw yang cuma make sarung tanpa atasan ini ngedeketin julian yang uda didepan lemari. Haha julian pasti terpesona sama badan gw! gw nyari nyari sandal disekitar lemari, di belakang lemari, di bawah lemari. jujur aja sendalnya ada didalem lemari. sengaja gw cari muter muter biar si julin ngeliat seberapa kerennya badan gw. dengan begitu dia bakal gatahan dan ngerengek minta gw peluk. hahaha. Astafirullah, gwkan baru dari mesjid. 
"ada gak bang...?"
"duhh belum ketemu dek, abangkk lupa narohnya. kemana ya..." jawab gw sambil masih berlagak nyari itu sendal.
"bang, boleh gak aku sholat disini?"
"boleh dek. kamu shalat dulu aja. abang nyari sendalnya dulu. wudhunya dibelakang rumah deket taman belakang ya. ada pancuran kan. disana aja. deket sumur. agak gelap tapi soalnya mati lampunya." jawab gw sebenernya lampunya gak mati. cuma gamau gw idupin aja.
"mati lampunya? deket sumur? dibelakang rumah? haaaa" julian ngejawab sewot.
"iya dek. kenapa?
"temenin..." jawab julian dengan nada imutnya. ahh ini nihh yang gw tunggu hahahaha.
"ohh ok ok. bentar abang make baju dulu.." jawab gw
"jangan..."
"lohh?"
"emmm biar kalo ada yg mau jahatin aku, dia udah takut sama badan abang hehe."
"oahhh ok deh yokk keluar."
gw dan julian pun keluar kamar. menuju kamar belakang yang letaknya sedikitr agak banyak jauhnya dari kamar gw. yaa biasa dari kamar pasti gw bakal langsung nemu adrian yang lagi liat tv. kreekk gw buka pintu kamar buat julian. cuittt sweet bgt ya gw ya hahaha.
terbukalah pintu kamar pengantinj. ralat, calon pengantin ini. sayang kita harus liat si.. ehhh tunggu, si monyet adrian mana? tumben tu anak ga didepan tv. gw masih sedikit bingung tapi gw lupakan i top kunyuk yang cakepnya masih 1000 tahun dibelakang gw. mending gw layanin boti cakep nan imut didepan gw ini hahaha. kita berdua jalan kebelakang rumah menuju sumur yang ada pancurannya. gw gak bawa obor ataupun senter. sengaja biar julian makin ngerasa butuhin gw hahaha. 
"bangg.. tungguin aku ya." pinta julian kepada daku
"iyalah de.."
"janji ya.. jangan tinggalin aku."
"iya.. abang gak akan ninggalin kamu. abang bakal jagain kamu. sayangin kamu dan nggak nyakitin kamu. banag janji." anjirr gw jawasbnya kelewat baper.
"ihh.. abang apaan sih. haha"
"hahaha becanda de. becanda. ya.......
becanda..." padahal beneran :'(
 ****
sekaranmg udah jam 8 dan gw masih berlagak nyari sendal. sedangkan julian, julian gw suruh nunggu dikasur, gw kasih tonotnan kartun kesukaan dia. Doraemon diandroid gw. yaa walaupun gw harus relain beberapa kuota atau lebih tepatnya beberapa kartu paket data buat download itu film. tragis amat ya ngejar cinta hahaha.
"abang.." julian manggil gw dari kasur.
"iya de?
"aku ngantuk. ini hpnya. aku mau pulang. hoammhh.. emm."
"jangan dah dede tidur sini aja dede udah ngantuk banget tuhh."
"tapi kak. orang tua aku gimana? kalau sampe mereka nyariin gimana?"
"nanti abang jelasin kemereka dehh besok."
"bener ya bang. aku takut dimarahin bunda."
"iya dede."
"Julian tidur ya bang."
"iya dek."

 deg.... deg... deg...

YESSS WOOHHAAAA Dikamar gw tidur boti cakep yang uda gw damba dambain ahhh gilaaa dapet durian runtuh gw. eh bukan. bulan runtuh. ehh lebih gede! yaa pokonya apapun yg gede runtuh semua hahha. gw segera ke kamar adrian. gw gedor kamarnya.
"heehhh kera berbatang. buka! cepet nying.!!!"
adrian ngebuka pintunya, ehh waitt... what the hell? adrian bugil? ngapain ini bocah?
"apaan ganggu gw coli lu."
"anjing, coli mulu. bugil pula didepan gw lu? kontil lu tuh ngacung. cuma sebiji nangka juga dipamerin."
"kenapa? wanna suck it baby? emhh." si adrian gila mulai megangin kontilnya yang gak gede itu. sewortel lah. kecil dan gampang potel.
"najis! gw minta kondom."
"lohh lohh? kondom? si boti imut itu?"
"udah diem. sama pelicin juga."
"bentar gw ambilin." si adrian ngambil sekotak kondom dan pelicin yang dai ambil dari lemarinya.
"ini gas, kalo uda gadoyan buat gw ya."
"alahh ogah. lanjutin kegiatan mesum jomblo lu." jawab gw sambil pergi dari kamar dia. karena gw baik hati. makanya gw kasih sedikit pengalaman berharga buat kontilnya. sentilan! hahaha
***
udah jam setengah 11 tapi gw masih deg degan tidur disamping boti idaman gw ini. kontol gw udah nyut nyutan banget gara gara julian yang btidur disamping gw. ahh gw pengen sentuh dia tapi gimana? paha dia yang putih bikin gw pengen sentuh itu. bokong yang empuk itu penegn gw remet dan jilatin perbongkahannya ahh. nafsu gw makin gak karuan. badan gw mulai keringetan. deg deg deg dada gw gak karuan. ahhh ok ok! gw bakal lakuin ini!
  Perlahan gw raba paha mulusnya. emhhh lembut sekali, tanpa ada bekas apapun, putih dan indah sekali. gw raba terus menerus. rasanya gw bagai meraba paha bidadari yang belum pernah disentuh manusia. nafsu gw semakin memuncak. gw sibakkan celananya. dan mulai merabanya dari dalam. shittt... kenapa anak ini bisa se seksi ini. pahanya bhkan lebih halus daripada kulit bayi. terasa sangat lembut dan sangat mudah terluka. rasa rasanya nafsu udah membakar seluruh hati gw. gak ada otak didalam kepala gw. yang ada hanyalah bagaimana gw bisa nikmati tubuh julian, boti yang gw idam idamkan. gw masukkan tangan gw ke bajunya. merabanya perlahan menuju sebuah titik di dadanya. got it! gw temukan titik ransangan semua boti. gw pilih perlahan titik itu dengan kedua jari gw dengan perlahan. nampaknya julian merasakan apa yang gw lakuin terhadap badannya. dengan sedikit sadar dia meraih tanganku dengan tangan mungilnya. bibir mungil seksinya mulai merintih..
"emmhhh... ahh.." rintih julian
"kenapa sayang? enak mmhh???" ucap gw
"emmhh.. bang emmhhh"
julian hanya terus merintih dan menggigit bibir bawahnya. holly fuck! itu adalah hal sangat bikin gw horny berak. gw gak bisa mikir lagi! gw harus dapetin dia. nafsu ini gakbisa gw tahan lagi. segera gw sergap bibir ranumnya. gw serang dengan lumatan bibir gw. gw lumat habis seluruh bibirnya. gw jajah seluruh sudut bibirnya. dengan tangan yang masih memilik titik di dadanya. gw buat julian terus sampai puncak nafsunya. emhhh.. bangg ahhh. hanya itu yang terus julian ucapkan. permainan bibirku berakhir. gw pindah ketitik di dadaya. gw jilat titik tersebut dengan nafsu.
"ahhh ahh.. bang emhhh"
tangannya menjambak kepala gw, ahh baby, you feel it? gw terus menyerah titik didadanya dengan gigitan kecil gw terus lanjutkan aksi ini. emhhh titik ini adalah titik kesukaan gw. titik yang selalu bikin gw horny. gw dudukkan julian. lalu gw buka celana gw yang sudah terasa amat menyempit.
*sretttt*
 penis dengan panjang 17 cm dan diameter 4 cm keluar dari celana ku. berdenyut kencang terus menerus seakan tak bisa menahan nafsu yang ada didalam diri gw. gw dorong kepala julian menuju penis gw. bibir mungilnya menyentuh ujung penis gw. slepp slepp sleepp. kepalanya naik turun mengulum penis gw yang semakin berdenyut. ahh rasanya hangat sekali. nikmat! bagai berada disurga "ahhh sayang terusss... emhhh" julian terus mengulum penis gw dengan nafsunya. dijilatnya batang kemaluan gw dengan penuh nafsu. batang penis gw yang tergesek dipipinya menjadi sensasi tersendiri yang belum pernah gw rasain. julian, ternyata kau pintar juga memuaskan nafsu top hyper sepertiku. bibir merahnya terus mengulum penis ku. ahh ahhh ahhh aku mendesah. namun......
 rasa hangat yang aku sakan dipenisku menghilang. julian menghentikan aksinya. dia menunduk. tunggu dia kenapa? dia terdiam beberapa saat.
"dek? hey kenapa? kok berenti?"
gw usap ranbutnya. tetap tak ada respon. gw coba usap pipi mulusnya. sekali, dua kali, dan tess.. tanganku basah terkena air yang jatuh dari matanya. loh lohh kenapa ini? julian? dia menangis? julian menangis sejadi jadinya.
"hikss hikss hikss..."
suara tangisnya membuatku khawatir. bodoh! bodoh! harusnya jangan gw turutin nafsu gw ini untuk nikmati tubuhnya. gw segera memeluk tubuh mungilnya.
"udah dek. abang disini jangan sedih."
*sreekkk* *sreekkk* tubuhnya memberontak seakan ingin lepas dari pelukan gw. dan benar saja dia berhasil lepas dari pelukan gw. julian segera bangkit dari kasur. menuju pintu dan membuka kuncinya. dia berlari menuju pintu depan. gw dengar suara pintu depan dibuka. gw gak bisa berbuat apa2/ gw hanya bisa terdiam dan terpaku. bodoh! bodoh! bagas! lu bodoh! muncul sesosok pria di depan pintu kamar gw.
"gas. julian kenapa?" tanya adrian
"gas? lu kok diem?"
"woyy gass??"
"udahlah. sekarang lu keluar. gw pengen sendirian." jawab gw
"tapi gas itu.."
"KELUAR!" Gw bentak adrian. dan segera adrian keluar kamar gw dan menutup pintu kamar.
  bodoh! kenapa bisa ini gw lakuin?! ahhh sial! ,maaf julian maafin abang. maaf.. ntah gw harus bagaimana saat besok gw ketemu dia. gw malu, gw merasa salah, Ya Allah gw haus apa? malam ini gw habiskan dengan menyesali segala hal yang sudah gw lakuin de julian. tanpa sadar gw meneteskan airmata. terus mentes keluar tanpa henti. nafasku seakan terhalang sesuatu di dalam jalur nafasku. oh Tuhan.. kenapa bisa??
*****TO BE CONTINUED****
THANKS FOR READING GUYS. Bagi yang punya pengalaman yang ingin author publish disini. bisa kontak author ke 085647909872. bisa sms ataupun W.A yaa